BLOGGER TEMPLATES AND MyYearBook Layouts »

Rabu, 05 Agustus 2015

OCEANOGRAFI FISIKA

             Tipe-Tipe Pasang Surut
          Oleh : Nurul Fadliani

    Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
1.      Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut.  Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2.      Pasang surut semi diurnal.  Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya.
3.      Pasang surut campuran.  Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
1.      Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata
2.      Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut  Andaman.
3.      Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal) 
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
4.      Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur



        DAFTAR PUSTAKA
Azis, M. Furqan. 2006. Gerak Air Laut. Oseana, Volume XXXI, Nomor 4, Tahun 2006 : 9 -21
Rempengan, Royke M. 2013. Amplitudo Konstanta Pasang Surut M2, S2, K1, Dan O1 Di Perairan Sekitar Kota Bitung Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013
Suardi, Yogi. 2010. Arus Laut. http://ilmukelautan.com/publikasi/oseanografi/fisika-oseanografi/406-arus-laut diakses Sabtu, 29 November 2014 pukul 19.26 WIB




OCEANOGRAFI FISIKA

           Bilangan Formzahl
                      Oleh : Nurul Fadliani

     Bilangan Formzahl adalah cara yang digunakan untuk menentukan tipe pasang surut perairan. Fluktuasi amplitudo dari keempat komponen harmonik pasut M2, S2, K1, dan O1, sangat menentukan kondisi pasang surut di suatu perairan.  Konstanta harmonik M2, S2, K1, dan O1, secara bersama dibutuhkan dalam perhitungan bilangan Formzahl. Adapun rumus untuk menetukan bilangan Formzhal adalah sebagai berikut.


Dimana,
                        F          = Bilangan Formzhal
                        K1, O1 = konstanta pasang surut harian tunggal utama
                        M2, S2 = konstanta pasang surut harian ganda utama
Klasifikasi tipe pasang surut mengacu pada Ilahude, 1999 dalam Siswanto, 2007 yang menyatakan bahwa nilai F akan menentukan tipe pasang surutnya, dengan klasifikasi sebagai berikut :
0 < F ≤ 0,25      : Pasang surut harian ganda (semidiurnal)
0,25 < F ≤ 1,50 : Pasang surut campuran condong ke harian ganda
1,50 < F ≤ 3,00 : Pasang surut campuran condong ke harian tunggal


F > 3,0               : Pasang surut harian tunggal (diurnal)



DAFTAR PUSTAKA
Azis, M. Furqan. 2006. Gerak Air Laut. Oseana, Volume XXXI, Nomor 4, Tahun 2006 : 9 -21
Rempengan, Royke M. 2013. Amplitudo Konstanta Pasang Surut M2, S2, K1, Dan O1 Di Perairan Sekitar Kota Bitung Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013
Suardi, Yogi. 2010. Arus Laut. http://ilmukelautan.com/publikasi/oseanografi/fisika-oseanografi/406-arus-laut diakses Sabtu, 29 November 2014 pukul 19.26 WIB





AKURASI DAN PRESISI

Perbedaan Akurasi Dan Presisi
        Oleh : Nurul Fadliani


  Dalam kehidupan sehari-hari sering sekali terjadi kesalahan penafsiran antara akurasi dan presisi. Bahkan beberapa menyebutkan bahwa akurasi dan presisi memiliki makna yang sama. Padahal akurasi dan presisi memiliki perbedaan.
   Akurasi adalah derajat kedekatan pengukuran terhadap nilai sebenarnya. Akurasi mencakup tidak hanya kesalahan acak, tetapi juga bias yang disebabkan oleh kesalahan sistematik yang tidak terkoreksi. Jika tidak ada bias kesalahan sistematik maka standar deviasi dapat dipakai untuk menyatakan akurasi.
    Presisi adalah derajat kedekatan kesamaan pengukuran antara satu dengan lainnya. Jika hasil pengukuran saling berdekatan (mengumpul) maka dikatakan mempunyai presisi tinggi dan sebaliknya jika hasil pengukuran menyebar maka dikatakan mempunyai presisi rendah. Presisi diindikasikan dengan penyebaran distribusi probabilitas. Distribusi yang sempit mempunyai presisi tinggi dan sebaliknya. Ukuran presisi yang sering digunakan adalah standar deviasi (σ). Presisi tinggi nilai standar deviasinya kecil dan sebaliknya.
Perbedaan akurasi dan presisi :


Empat kombinasi di atas mengatakan banyak tentang jenis-jenis hasil eksperimen ilmiah, yang mungkin terjadi, dan cara di mana akurasi dan presisi yang berbeda. Akurasi yaitu seberapa dekat nilai yang didapat dengan nilai sejati, sementara presisi berbicara tentang berapa kali instrumen dapat datang dengan pengukuran mereproduksi hasil yang sama, atau nilai yang dekat dengan hasil sebelumnya. Presisi dan akurasi keduanya sama pentingnya. Hasil pengukuran harus akurat dan direproduksi sehingga seseorang dapat menarik kesimpulan dari itu. Hasil yang akurat tetapi non-direproduksi tidak dapat dipercaya dalam sebuah percobaan.
Contoh :




Pertimbangkan target tembak melingkar dengan mata banteng di tengah. Beberapa penembak telah menembak dan peluru telah meninggalkan tanda pada roda. Untuk menilai seberapa baik penembak adalah dengan melihat seberapa akurat dan tepatnya tembakan. Jika semua tanda peluru yang tersebar di seluruh tempat tidak dekat satu sama lain dan tidak dekat dengan mata banteng maka dikatakan tidak presisi dan tidak akurat. Jika tanda peluru benar pada daerah mata banteng dan semua mengelompok maka hasilnya adalah akurat dan presisi. Jika tanda jauh dari mata banteng, tetapi semua mengelompok maka presisi tapi tidak akurat.



Pustaka :

NN. 2012. Akurasi, Presisi, Kalibrasi, & Ketertelusuran Pengukuran. http://jasakalibrasi.net/akurasi-presisi-kalibrasi-ketertelusuran pengukuran/ diakses Kamis, 14 Mei 2015 pukul 19.36 WIB